Pages

Friday, August 4, 2017

MITOS-MITOS 90an: Mitos 4 - Membuang Gigi Yang Tanggal





Gigi merupakan organ tubuh manusia yang memiliki peranan penting dalam sistem pencernakan. Gigi terletak di bagian Mulut. Jumlah Gigi Manusia  dewasa adalah 32 (sedangkan gigi susu pada anak-anak berjumlah 20, yang terdiri dari Gigi Seri, Gigi taring dan Gigi Geraham. Gigi Seri terdiri dari 2 Gigi Seri Central dan 2 Gigi Seri Lateral yang masing-masing berjumlah sama di Rahang atas dan di  Rahang bawah. Sedang Gigi Taring totoal ada 4 yang masing-masing rahang atas dan bawah ada 2. Dan Gigi Geraham terdiri dari Gigi Geraham Kecil Pertama, Gigi Geraham Kecil Kedua, Gigi Geraham Pertama, Gigi Geraham  Kedua, dan Gigi Geraham  Ketiga atau yang dikenal dengan Gigi Bungsu, masing-masing gigi Geraham ini ada 2 untuk Rahang atas dan bawah. Begitulah gambaran Gigi secara umum.







Dan bicara lebih jauh tentang gigi, siapa yang pernah Sakit Gigi? Yak, saya yakin sebagian besar orang pernah mengalaminya.



Kata orang seperti dalam lagu Meggi Z: "Lebih Baik Sakit Gigi daripada Sakit Hati". Itu bener gak? Kalau saya sih gak setuju. Jujur, sakit gigi itu bener-bener sakit dab! (Kalau Kata METALHEAD mah ini namanya "Symphony Of Sakit Gigi" (plesetan dari Symphony Of Destruction) nya MEGGYZETH (plesetannya MEGADETH).





Lalu pastilah kita mau tak mau harus pergi ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk memeriksakan gigi kita. Karena kita pasti tak mau menahan rasa sakit lebih lama.


Dan tuk pertama kalinya saya merasakan rasa sakit yang tak tertahankan. Selama 20an tahun saya hidup dan baru kali ini saya merasakan yang namanya sakit gigi sampai menangis karena rasa sakitnya tak bisa di tahan lagi dan memang rasa sakitnya luar biasa tak hanya di mulut saja tapi sampai di Kepala. Kejadian ini terjadi mulai sekitar beberapa hari sebelum Lebaran kemarin. Saya merasakan sakit gigi ngilu kira-kira seminggu. Saya pikir itu sakit gigi biasa. Ah, paling bentar lagi juga sembuh. Eh ternyata..., tak kusangka, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Puncaknya terjadi pada hari Sabtu tanggal 24 Juni 2017. Hari itu adalah Malam Takbiran, tepat satu hari menjelang Lebaran. Pagi itu saya masih terbaring di kamar dan menahan rasa sakit yang baru pertama kali saya rasakan. Karena seperti biasanya saya saya ke Masjid ikut bantu-bantu dalam mengurusi Zakat maka siang pukul 11 kuberanikan diri ke Masjid dan ku buang jauh-jauh rasa sakit yang sebenarnya masih saya rasakan ini. Sambil bantu-bantu membagikan Zakat saya terus menahan rasa sakit ini hingga ba'da Ashar. Dan sakitnya semakin menggila dan saya sudah tak tahan lagi. Maka saya putuskan untuk pamitan kepada teman-teman saya di Masjid, dan mulai pergi mencari Dokter Gigi. Mulai dari JIH(Jogja International Hospital), Dokter Gigi sudah cuti, pergi ke Bethesda, Dokter Gigi barusan pulang, ke Panti Rapih ku coba kesana ternyata Dokter Gigi tidak ada lalu kucoba ke Klinik Dokter Gigi yang berada di jl. Gejayan barat jalan, Dokter Giginya Cuti lebaran kemudian ke Klinik Dokter Gigi yang berada di utara Ringroad utara daerah catur tunggal, lokasi sepi lalu ke Klinik Dokter Gigi jl. Gejayan timur jalan, Dokternya mudik, harapan terakhir saya tinggal satu, sekalian jalan pulang ke rumah yaitu Klinik Dokter Gigi di daerah utara Lapangan Sidokabul.

Beberapa menit menjelang adzan maghrib saya tiba di sana. Langsung saja saya tekan bel disana. Terdengar sang dokter masih mempersiapkan alat-alatnya. Setelah kumandang adzan saya dengarkan saya segera membatalkan puasa dengan meminum air putih yang saya bawa. Sambil menahan rasa sakit saya terus menunggu sampai sang dokter selesai Isoma(Istirahat Solat Makan) dan beres-beres alat yang dipersiapkan untuk para pasien. Akhirnya sekitar pukul 18.15 dokter membukakan pintunya, langsung saya utarakan keluh kesah saya akan apa yang saya derita. Dengan cekatan dokter memeriksa gigi-gigi saya yang hampir keseluruhan masih bagus, kecuali yang satu ini. Gigi Bungsu atau Gigi Geraham ketiga sisi kanan atas saya berlubang, dan lubangnya sudah cukup besar sehingga sewaktu saya meminta untuk ditambal tidak bisa. Tadinya hanya lubang kecil, namun saya anggap remeh itu karena dulu sewaktu MCU saya pernah ditanya dengan dokter yang memeriksa saya saat MCU apakah gigi saya yang berlubang itu sakit atau tidak dan saya jawab tidak karena memang saat itu tak ada masalah walaupun salah satu Gigi Bungsu saya berlubang. Akhirnya lambat laun lubang itu makin membesar dan lubangnya lancip sehingga kadang melukai bagian dalam mulut. Setelah bertanya-jawab dengan dokter saya baru tau bahwa Gigi Bungsu itu memang Gigi yang sering bermasalah mulai dari Gigi Bungsu tumbuh miring, Gigi Bungsu tumbuh menabrak Gigi Bungsu lainnya, Gigi Bungsu berlubang karena tak terjangkau sikat gigi seperti yang saya alami, dan lain sebagainya banyak sekali kasus mengenai Gigi yang satu itu. Maka suatu hal yang bisa dianggap wajar jika saya mengalami hal ini, meskipun saya dibilang "Rajin" dalam menggosok gigi (minimal 2x sehari). Dokter menyarankan saya untuk mencabutnya, namun tidak langsung saat itu juga. Yang pertama gigi saya harus di bersihkan lubangnya dengan bor alat khusus untuk gigi, lalu di beri obat ke dalam lubangnya dan tak lupa merapikan pinggiran lubang yang tajam itu. Lalu saya di beri obat yang harus saya habiskan sesuai dengan aturannya. Lalu setelah beberapa hari, kira-kira hari rabu atau kamis begitu rasa sakit saya hilang saya harus segera mencabut gigi saya. Setelah selesai urusan dengan dokter saya merasa sedikit lega karena rasa sakitnya sudah mendingan, yang tadinya rasa sakitnya menjalar sampai ke kepala(otak) kini sudah membaik. Ku kira sudah beneran sembuh, tapi naas waktu saya menempuh tak sampai separuh perjalanan Takbiran bersama warga Kampung sekitar Masjid tempat tinggal saya rasa sakit ini malah semakin menjadi dan malah jauh lebih nyeri dari yang sebelum-sebelumnya, sampai saya tak kuat menahannya. Karena rasa sakitnya terlalu hebat sampai rasanya aku ingin menangis. Lalu saya meminta tetangga saya yang membawa motor untuk mengantarkan saya ke rumah. Sesampai dirumah kakak saya langsung membuatkan saya Air Hangat+Garam untuk kumur-kumur yang membuat kondisi saya agak mendingan. Lalu saya mencoba makan cemilan apa saja yang kira-kira bisa mengganjal perut saya untuk meminum obat, dan obat dari dokter itu saya minum terutama obat yang dikhususkan ketika rasa sakit itu kambuh. Karena saya tak kuasa menahan rasa sakit ini saya biarkan dan saya lepaskan, tak kuasa air mata saya keluar juga. Beberapa hari saya masih merasakan sakit ngilu namun berangsur membaik. Akhirnya hari itu tiba, sesuai dengan perkiraan dokter, hari rabu saya kembali ke tempat dokter itu untuk mencabut gigi saya. Tak lupa saya mempersiapkan syarat yang kedua, yaitu menjaga tensi darah saya agar tetap normal serta makan sebelum gigi dicabut. Mencabut gigi ketika tensi tidak normal dan atau saat kondisi gigi masih ada rasa sakit tidak disarankan karena jika dilakukan sang pasien bisa saja badannya panas-dingin atau bahkan pingsan, seperti penuturan teman saya yang pernah mengalaminya. Dan makan sebelum mencabutkan gigi juga mempunyai fungsi, karena jika setelah dicabut giginya namun sebelumnya belum makan maka sang pasien tidak bisa langsung minum obat untuk mengurangi rasa sakit atau mempercepat proses penyembuhan, selain itu pasca pencabutan gigi biasanya pasen susah untuk makan karena gigi tak normal seperti biasanya, bahkan kadang juga jadi malas untuk makan. Maka sangat disarankan untuk makan sebelum mencabutkan gigi.

Sebelum mencabutkan gigi, saya meminta dokter untuk membersihkan karang gigi saya. Dan saya sebenarnya sedikit menyesal karena bertahun-tahun saya ada Asuransi yang mengcover saya namun tidak saya gunakan. Yang mana kata dokter sebenarnya pembersihan karang gigi itu kira-kira dilakukan setahun sekali, namun selama sekian tahun ini saya baru melakukannya untuk yang pertama kali. Setelah dokter selesai membersihkan seluruh karang gigi saya, akhirnya tiba saatnya untuk mencabut gigi saya. Dimulailah dengan menyuntikkan obat bius ke dalam gusi sekitaran Gigi Bungsu tersebut. Setelah gusi saya terasa menjadi tebal barulah dokter memulai aksinya. Mulailah sang dokter mencukil gigi saya, cukil sana cukil sini mulai dari luar sampai cukil dari dalam. Karena posisinya yang mentok di ujung dan agak susah, tidak bisa langsung di tarik. Karena saya masih merasa sakit saat di cukil gigi saya, dokter menambahkan sedikit biusnya untuk sedikit menghilangkan rasa sakit saat pencabutan. Setelah beberapa waktu akhirnya sudah mulai tanda-tanda bahwa gigi saya sudah siap di tarik. Dengan menggunakan tang khusus ( bukan Tang Tjatoet lho ya, hehehe... :p ) dokter mencabut dan menarik si Gigi Bungsu itu dan lepas lah Gigi yang bermasalah itu. Setelah terjabut sampai ke akar-akarnya barulah ketahuan mengapa gigi saya agak susah di cabut. Ternyata akar gigi saya cukup panjang dan kata dokter sekian persen lebih panjang dari umumnya sehingga agak susah dan agak lama gigi tersebut sampai benar-benar tercabut.

(Gambar Gigi Bungsu yang sudah tercabut.)

(Gambar lubang gigi yang lubangnya yang di perbesar dan dirapikan dengan Bor Gigi.)

(Panjang akar Gigi Bungsu yang tercabut.)



Setelah selesai saya segera melunasi biaya pembersihan karang+cabut gigi, dan tak lupa saya minta Gigi saya yang dicabut untuk barang bukti atau kenang-kenangan, ehhehe... :p Segera saya menuju Apotek sesuai perintah dokter karena ada beberapa obat yang tidak di miliki dokter tersebut(stok habis). Sesampainya dirumah saya langsung meminum obatnya lalu tidur. Keesokan paginya lalu saya teringat akan sebuah MITOS. yaitu Mitos membuang gigi yang tanggal. Di buang kemana dan seperti apa? Tuk mari kita bahas lebih lanjut ^_^ Salah satu mitos yang paling saya ingat adalah mitos yang berkaitan dengan gigi ini. Yup, mitosnya adalah jika gigi kita tanggal pada rahang atas maka kita harus membuangnya di bawah (atau malah menguburnya di dalam tanah). Dan sebaliknya, jika gigi kita yang tanggal berada pada rahang bawah maka kita harus membuangnya keatas/di sangkutkan ke atap rumah(jawa: di temangsangke). Sebenarnya tidak ada pengaruhnya mau gigi itu di buang ke atas, kebawah atau kemana. Hanya saja dalam membuang gigi ini ada filosofi atau maksud tertentu. Gigi atas yang tanggal dibuang kebawah maksudnya agar gigi yang tanggal berada diatas kalau tumbuh gigi yang baru maka gigi baru tersebut tumbuh dengan baik ke bawah. Dan gigi yang tanggal berada di bawah dibuang ke atas jika tumbuh gigi baru maksudnya agar gigi di rahang bawah tersebut bisa tumbuh dengan baik ke atas. Seperti itulah kira-kira gambaran dan penjelasan mengenai mitos gigi yang tanggal.

Walau ini gigi yang terakhir yang tentunya tidak akan tumbuh lagi, sebagai nostalgia saya tetap melakukan kepercayaan yang sudah mengakar di masyarakat kita ini. Kata orang, "Uwes gedhe gerang kok yo ijeh wae percaya kaya ngono" (Sudah besar kok ya masih percaya hal yang seperti itu). Kalau saya jawab ya, "Yo ben!" (Biarin!). Hahaha... wekkk! :p Kembali ke gigi tadi, berhubung gigi saya yang tanggal adalah Gigi Bungsu atas maka yang harus saya lakukan adalah membuangnya ke bawah. Namun hal yang akan saya lakukan akan sedikit berbeda. Saya tidak asal membuangnya. *Mak Wherrrr* ataupun menguburnya dalam-dalam seperti bangkai. Kali ini saya memperlakukan gigi saya layaknya biji tanaman. Saya tancapkan pada pot tanaman, seolah olah gigi saya itu adalah tanaman. Lalu saya biarkan gigi itu berada disitu sambil berharap(berdoa) jangan sampai kejadian seperti ini. Cukup sekali saja merasakan sakit gigi yang begitu menyiksa sampai-sampai harus 2x ke Dokter Gigi. 


(Gambar gigi yang akan saya buang)


(Gigi tersebut akhirnya saya tanam)

Sekian cerita dari saya. Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian punya cerita tentang gigi beserta mitos gigi yang kalian ingat? Kalau ada, silakan komen di blog ini ya guys ;)

No comments:
Write comments

Recommended Posts × +