Pages

Friday, May 19, 2017

Tradisi masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan: NYADRAN

Gambar ilustrasi Nyadran(gambar copas)

Puasa sebentar lagi sebentar lagi puasa. Yaiyyy. \(^_^)/ . Bulan Puasa atau Sasi Pasa dikenal juga dengan nama Ramadhan. Dan sebelum bulan Ramadhan tiba biasanya masyarakat JAWA ada adat ritual khusus untuk menyambut Bulan Suci tersebut. Dan tradisi tersebut ialah NYADRAN. Apa itu Nyadran? Nyadran adalah serangkaian upacara keagamaan yang dilakukan di Kuburan(Makam) untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi Nyadran sangat lekat dan dikenal oleh masyarakat Muslim di Jawa. Biasanya nyadran dilakukan pada bulan Syakban (dalam penanggalan Jawa dikenal dengan sasi Ruwah). Di tempat saya tinggal(di Kota JOGJA wilayah selatan) acara Nyadran dilaksanakan pada hari minggu sebelum Puasa dimulai. Bisa tepat hari minggu sebelum Puasa mulai, atau bisa juga hari minggu, 2 minggu sebelum puasa. Untuk jam dimulainya, biasanya adalah ba'da Ashar (15.30). Dan berakhir sekitar pukul 17.00 atau lebih. Di tempat lain waktu pelaksanaan bisa berbeda. Dan  di tempat lain Nyadran juga dikenal dengan nama Sadranan.

Istilah Nyadran berasal dari bahasa Sanksekerta, "Sraddha" yang artinya keyakinan. Dalam bahasa Jawa Nyadran berasal dari kata Sadran berarti Ruwah Syakban.

Tradisi Nyadran sebenarnya adalah tradisi yang berasal dari Tradisi Hindu-Budha. Dahulu, tradisi Nyadran menggunakan sesajen makanan yang tidak layak dimakan oleh manusia. Setelah datang Walisongo tuk menyebarkan Agama ISLAM. Mereka menggabungkan tradisi ini dengan dakwah agar lebih mudah diterima oleh masyarakat kala itu. Pada awalnya para Wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik. Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa. Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.

Rangkaian acara Nyadran antara lain: 1. Membersihkan Makam, 2. Berdoa bersama, 3. Kenduri. Ritual yang pertama dilakukan adalah Membersihkan Makam. Orang-orang datang ke makam langsung menuju kuburan keluarga mereka lalu membersihkan kuburannya, mencabuti rerumputan liar di sekitar kuburan itu. Lalu mereka biasanya menaburi "Kembang Setaman" diatas Batu Nisannya. Dan biasanya mereka tak lupa membacakan Surat Yasin untuk leluhur atau keluarga mereka yang meninggal. kemudian yang kedua adalah ritual Berdoa Bersama. Dalam doa bersama ini biasanya dipimpin oleh Pak Ustadz di daerah tersebut. Dalam doa bersama ini berisikan pembacaan ayat-ayat Al-Quran, Dzikir, dan Tahlil. Dan yang terakhir adalah Kenduri. Pada prosesi kenduri ini biasanya sebelum datang untuk Nyadran sedari pagi orang-orang dari rumah sudah memasak dan memasukkan per porsi masakan-masakan itu ke dalam kardus atau besek. Kalau yang tidak ada waktu untuk memasak biasanya membeli fast food yang sudah jelas menu, harga dan hemat waktu. Jumlah kardus atau besek yang dibawa ke tempat Nyadran biasanya sejumlah orang yang ada dalam satu keluarga. Setelah sampai di Makam mereka meletakkan kardus/besek makanan itu di suatu tempat yang biasa untuk mengumpulkan makanan. Setelah itu mereka melakukan prosesi pertama dan kedua. Setelah selesai doa-doa, sebelum mereka pulang kardus/besek makanan itu dibagikan kembali secara acak kepada masyarakat yang datang di acara Nyadran itu. Dan selesailah prosesi tradisi Nyadran itu. Dan mereka pulang kembali ke rumah mereka masing-masing dan melanjutkan kegiatan mereka sehari-hari.


Ngomong-ngomong soal Nyadran, tentu pasti ada pro dan kontranya. Sebagian orang menganggap tradisi Nyadran tidak baik, karena itu bukan tradisi asli agama Islam. Namun sebagian besar orang berpikir Nyadran itu sah-sah saja, karena mereka pergi ke makam bukan untuk hal yang tidak-tidak. Melainkan untuk berdoa, membaca Al-Quran, berdzikir dan tahlil. Dan juga pergi ke makam bukan untuk mencari wangsit, ataupun memuja roh yang ada di kuburan tersebut. Pergi ke makam justru lebih mendekatkan kita kepada TUHAN, karena mengingatkan kita akan Kematian,  dan menyadarkan kita bahwa hidup ini hanyalah sementara. Apapun itu Nyadran adalah budaya yang sudah melekat dengan masyarakat Jawa dan sudah sepantasnya kita sebagai anak mendoakan orangtua, kakek-nenek, ataupun keluarga kita yang sudah tiada. Tinggal kita mau menyikapinya seperti apa. Dan semoga saja tradisi ini terus terjaga. :)

No comments:
Write comments

Recommended Posts × +